Tahun baru 1430 H sudah di penghujung mata. Walaupun tiap tahun kita menjumpai tahun baru, namun tahun baru hijriyah kali ini agak lain. Mengapa? Sebab tahun baru 1430 H ini beriringan dengan tahun baru 2009 M yang jatuh 3 hari setelahnya, yaitu bertepatan dengan tanggal 01 Januari 2009 M. Ditambah lagi pada tanggal 26 Januari 2009 juga bertepatan dengan tahun baru Imlek. Dengan datangnya beberapa tahun baru tersebut, beragam cara masyarakat untuk menyambutnya. Fakta membuktikan masyarakat dunia begitu antusias menyambut tahun baru, terutama tahun baru masehi.
Diantara kebiasaan orang dalam memasuki tahun baru masehi di berbagai belahan dunia adalah dengan merayakannya, seperti begadang semalam suntuk, pesta kembang api, tiup terompet pada detik-detik memasuki tahun baru, wayang semalam suntuk, dan lain-lain. nah bagaimana dengan tahun baru hijriyah? apakah kita harus merayakannya seperti halnya tahun baru masehi?
Dalam sembuah hadis من تشبّه بقوم فهو منهم (Barang siapa yang meniru suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka)(HR. Abu Daud). Syaikhul Islam mengatakan, sanadnya jayid. Menyikapi hadist di atas Nabi melarang ummat islam meniru tingkah laku suatu kaum yang dalam hal ini Muhammad Abduh Tuasikal, ST disini memahami "suatu kaum" adalah orang kafir. Menurut Muhammad Abduh Tuasikal, ST., "Merayakan tahun baru hijriyah sebagaimana orang-orang merayakan tahun baru masehi adalah merupakan kesalahan atau disebut bid'ah, tidak terkecuali merayakan tahun baru hijriyah dengan mengadakan pengajian atau lomba-lomba".
Dalam hal ini saya tidak sepenuhnya sependapat dengan dia. Menurut saya merayakan tahun baru hijriyah sah-sah saja asalkan merayakannya dengan cara yang wajar yakni tidak menyalahi syariat islam seperti mengadakan pengajian, lomba-lomba islami, yang salah itu kalau kita merayakannya dengan cara yang sama, seperti meyalakan lilin, berhura-hura di jalanan, dll. Karena bid'ah juga ada yang bagus seperti Tahlil dan Talqin atas mayyit dll. Adapun pedoman dalam Islam itu ada 4 yaitu : 1. Al-Qur'an 2. Hadist 3. Ijma' Ulama' 4. Qiyas.
Mengenal Sejarah Tahun Baru Hijriah
di kutip disini
Siapa yang mula-mula menetapkan Tarikh Islam?
Menurut riwayat para ulama ahli tarikh yang masyhur, tarikh Islam mula-mula ditetapkan oleh Umar bin Khattab r.a. ketika ia menjadi khalifah pada tahun 17 Hijrah. Menurut kisahnya, hal ini terjadi disebabkan pada suatu hari Umar menerima sepucuk surat dari sahabatnya, Abu Musa Al-Asy’ari r.a. tanpa dibubuhi tanggal dan hari pengirimannya. Hal itu menyulitkan bagi Umar untuk menyeleksi surat yang mana terlebih dahulu harus diurusnya, sebab ia tidak menandai antara surat yang lama dan yang baru. Oleh sebab itu, Umar mengadakan musyawarah dengan orang yang terpandang dikala itu untuk membicarakan serta menyusun masalah tarikh Islam.
Dalam musyawarah tersebut ada beberapa pilihan tahun bersejarah sebagai patokan untuk memulai tarikh Islam tersebut yaitu: tahun kelahiran Nabi Muhammad, tarikh kebangkitannya menjadi Rasul, tahun wafatnya, atau ketika Nabi hijrah dari Mekkah ke Madinah. Diantara pilihan tersebut maka akhirnya ditetapkanlah bahwa dimulai dari hari berpindahnya (hijrahnya) Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah menjadi awal tarikh Islam yaitu awal tahun Hijriyah, sebagaimana dahulu telah ditetapkan bahwa, hari Nabi Isa a.s. dilahirkan ditetapkan sebagai awal tahun Miladiyah atau Masihiyah.
Kemudian setelah permulaan tahun itu diputuskan, maka dimusyawarahkan pula bulan apa yang baik dipergunakan untuk tiap-tiap awal tahun tersebut.Akhirnya setelah dipilih maka ditetapkanlah bahwa bulan Muharramlah yang dipergunakan untuk permulaan tahun Islam.
Evaluasi Diri di Tahun Baru Hijriyah
Mengikuti tahun baru hijriyah akan lebih mengakrabkan kita dengan alam, dan otomatis akan lebih mendekatkan kita kepada Allah Sang Pencipta Yang Maha Kuasa.
Tidak terasa kita sudah memasuki bulan Muharram, bulan yang mengawali tahun baru hijriyah kita untuk tahun 1430 H. Bulan yang tiba-tiba menghentak batin kita untuk segera mengenang peristiwa besar dalam sejarah, yaitu peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW. dari kota Makkah menuju kota Madinah. Setiap awal tahun hijriyah seperti ini kita seharusnya sebagai umat Islam segera membangun semangat baru untuk meningkatkan ketakwaan dalam diri kita. Meningkatkan ketaatan kepada Allah. Dan kita segera mengucapkan pada hari-hari yang telah lewat dari tahun 1429 H. : " selamat jalan, selamat menjadi teguran sejarah atas segala kekurangan dan kami berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang telah menyebabkan malapetaka dan kesengsaraan terhadap hidup kami di dunia maupun di akhirat ".
Apa yang menarik dari setiap kita memasuki tahun baru adalah munculnya kesadaran baru dalam diri kita. Kesadaran akan beberapa hal : Pertama, kesadaran bahwa diakui atau tidak usia kita telah berkurang. Sementara investasi pahala untuk simpanan di akhirat masih sangat tipis, dibanding nikmat-nikmat Allah yang setiap detik selalu mengalir. Tiada putus-putusnya. Dari segi ini saja kita seharusnya merasa malu, di mana kita yang mengaku sebagai hamba Allah tetapi dalam banyak hal orientasi kita menkonsumsi nikmat-nikmat Allah dan lupa bersyukur kepadaNya, bahkan kita sering mengaktualisasaikan diri kita sebagai hamba dunia. Kita masih saja lebih banyak sibuk menginvestasi kepentingan dunia dari pada investasi untuk akhirat.
Dengan datangnya tahun baru ini, semoga semangat untuk membangun kemegahan akhirat lebih kuat dari semangat untuk membangun kemegahan dunia. Kedua, pada tanggal 1 Muharram kita menyaksikan suatu perubahan waktu yang ditandai oleh pergeseran alam, yaitu munculnya bulan sabit tahun baru di ufuk barat. Dari sini kita menyaksikan diri kita berjalan seirama dengan perjalanan segala wujud di alam ini. Allah SWT yang menciptakan semua mahluk, selalu mengajarkan kita agar senantiasa memperhatikan kebesara-Nya dengan menyaksikan keteraturan dan kerapian ciptaan-Nya di alam semesta ini. Untuk itu kita diajarkan pula agar dalam menjalani ibadah kepada-Nya selalu memperhatikan waktu-waktu tertentu yang sejalan dengan perputaran tata surya.
Dalam menjalani shalat misalnya, Allah menegaskan dalam Al-Qur'an agar ditegakkan pada waktu-waktu tertentu (QS. Al-Nisa: 103). Dan kita telah tahu bahwa waktu shalat Dzuhur setelah tergelincir matahari, shalat maghrib, setelah terbenam matahari, shalat subuh setelah terbit fajar dan lain sebagainya. Dalam menjalani puasa Ramadlan, kita juga diajarakan oleh Rasulullah SAW agar memulainya setelah melihat bulan tanggal satu Ramadlan, dan mengakhirinya pun setelah melihat bulan akhir Ramadhan. (HR, Imam Muslim). Ibadah hajipun Allah mengajarkan agar dilaksanakan pada bulan-bulan tertentu,(QS. Al-Baqarah: 197) Syawal, Dzulqa'dah dan dzulhijjah.
Semuanya itu sungguh menunjukkan betapa eratnya aktifitas ibadah kita dengan aktifitas alam. Dari sini terlihat dengan jelas betapa mengikuti tahun hijriyah akan lebih mengakrabkan kita dengan alam, dan otomatis akan lebih mendekatkan kita kepada Allah Sang Pencipta Yang Maha Kuasa. Ketiga, bahwa tahun hijriyah berjalan seirama dengan perjalanan sejarah Rasulullah SAW. Sungguh banyak peristiwa besar dalam sejarah Islam yang hanya terekam dalam bulan-bulan hijriyah. Seperti awal turunnya Al-Qur'an, titik permulaan hijrah, tanggal kemenangan dalam perang Badar dan lain sebagainya. Hari-hari besar Islam, seperti hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, sangat terkait dengan penanggalan hijriyah ini.
Dari sini kita akan lebih banyak belajar pada sejarah untuk membangun masa depan kita. Dalam arti kata lain kita akan menjadi pribadi yang pandai membangun masa depan dengan pijakan masa lampau yang kokoh dan benar. Dan kita dengan langkah ini tidak mengulang kesalahan dan kecelakaan masa lalu. Sebagaimana yang tersebut dalam sebuah riwayat: "Seorang mu'min tidak akan pernah terjerumus dalam jurang yang sama dua kali". ( HR Muslim) Dengan demikian, adalah kesadaran yang benar jika dalam permualaan tahun baru hijriyah ini, kita umat Islam membangun tekad baru, untuk meningkatkan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah, sebagaimana yang baru saja ditegaskan pada awal tulisan ini. Karena hanya dari tekad inilah segala krisis yang pernah kita lalui pada tahun-tahun sebelumnya akan bisa diatasi. Selamat memulai tahun baru hijriyah dan selamat membangun masa depan umat ini dengan ketakwaan yang hakiki.
No comments:
Post a Comment