Feb 22, 2009

Petir menurut pandangan Islam


Ada apa di balik petir ?

Postingan ini di susun oleh Muhammad Abduh Tuasikal, ST

Saat ini adalah musim penghujan. Sebelum hujan lebat datang kadang muncul petir, kilat atau guntur. Ada apa sebenarnya di balik ketiga hal tadi? Itulah yang akan kami jelaskan dalam posting kali ini. Apa saja kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai ketiga hal itu? Semoga bermanfaat.
Ar Ra’du (petir) adalah suara yang didengar dari awan. Sedangkan Ash Showa’iq (kilat) adalah api (cahaya) yang muncul dari langit bersamaan dengan suara petir yang keras. (Rosysyul Barod, 381, Darud Da’i Linnashri wat Tawzii’)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan,”Dalam hadits marfu’ (sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, pen) pada riwayat At Tirmidzi dan selainnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang petir, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,


مَلَكٌ مِنْ الْمَلَائِكَةِ مُوَكَّلٌ بِالسَّحَابِ مَعَهُ مخاريق مِنْ نَارٍ يَسُوقُ بِهَا السَّحَابَ حَيْثُ شَاءَ اللَّهُ

”Petir adalah malaikat yang diberi tugas mengurus awan dan bersamanya pengoyak dari api yang memindahkan awan sesuai dengan kehendak Allah.”
Begitu juga ketika Ali ditanya, sebagaimana dikatakan Al Khoroithi dalam Makarimil Akhlaq. Beliau radhiyallahu ‘anhu mengatakan,”Petir adalah malaikat, dan suaranya itu adalah pengoyak di tangannya.” Dan dalam riwayat lain dari Ali juga,” Suaranya itu adalah pengoyak dari besi di tangannya”.”
Kemudian Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan lagi, ”Ar ro’du adalah mashdar (kata kerja yang dibendakan) berasal dari kata ro’ada, yar’udu, ro’dan (yang berarti gemuruh, pen). … Namanya gerakan pasti menimbulkan suara. Malaikat adalah yang menggerakkan (menggetarkan) awan, lalu memindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya. Dan setiap gerakan di alam ini baik yang di atas (langit, pen) maupun di bawah (bumi, pen) adalah dari malaikat. Suara manusia dihasilkan dari gerakan bibir, lisan, gigi, lidah, dan dan tenggorokan. Dari situ, manusia bisa bertasbih kepada Rabbnya, bisa mengajak kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran. Oleh karena itu, guntur adalah suara yang membentak awan. Dan kilat adalah kilauan air atau kilauan cahaya. … ” (Lihat Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah, 24/263-264)

Ketika menafsirkan surat al Baqarah ayat 19, As Suyuthi mengatakan bahwa petir (ar ra’du) adalah malaikat yang ditugasi mengatur awan. Ada juga yang berpendapat bahwa petir adalah suara malaikat. Sedangkan kilat (barq) adalah kilatan cahaya dari cambuk malaikat tersebut untuk menggiring mendung (Tafsir Jalalain dengan Hasyiyah ash Showi 1/31, ed).

Inilah yang harus engkau amalkan ketika mendengar petir

Dari ‘Ikrimah mengatakan bahwasanya Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma tatkala mendengar suara petir, beliau mengucapkan,

سُبْحَانَ الَّذِي سَبَّحَتْ لَهُ

‘Subhanalladzi sabbahat lahu’ (Maha suci Allah yang petir bertasbih kepada-Nya). Lalu beliau mengatakan,”Sesungguhnya petir adalah malaikat yang meneriaki (membentak) untuk mengatur hujan sebagaimana pengembala ternak membentak hewannya.” (Lihat Adabul Mufrod no. 722, dihasankan oleh Syaikh Al Albani)
Apabila Abdullah bin Az Zubair mendengar petir, dia menghentikan pembicaraan, kemudian mengucapkan,

سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ

‘Subhanalladzi yusabbihur ro’du bihamdihi wal malaikatu min khiifatih’ (Mahasuci Allah yang petir dan para malaikat bertasbih dengan memuji-Nya karena rasa takut kepada-Nya). Kemudian beliau mengatakan,

إِنَّ هَذَا لَوَعِيْدٌ شَدِيْدٌ لِأَهْلِ الأَرْضِ

”Inilah ancaman yang sangat keras untuk penduduk suatu negeri”. (Lihat Adabul Mufrod no. 723, dishohihkan oleh Syaikh Al Albani)

Demikian pembahasan kami dalam posting kali ini.
Semoga kita selalu dimudahkan untuk mendapat ilmu yang bermanfaat dan diberi taufik untuk melakukan amalan sholeh.


Feb 16, 2009

KEBODOHAN termasuk sifat PENGHUNI NERAKA

Salah satu hal yang menunjukkan begitu pentingnya ilmu syar'i adalah bahwasanya kebodohan merupakan sifat penghuni neraka. Sebaliknya, seseorang yang diberi kemudahan untuk memahami ilmu syar'i dan mengamalkannya menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan padanya sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
من يرد الله به خيراً يُفقهه في الدين

Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan membuatnya pandai dalam agamanya (HR. Bukhari dan Muslim)


Kebodohan termasuk Sifat Penghuni Neraka

Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan, bahwa di antara sifat penghuni neraka adalah bodoh, dan bahwa Dia menutup pintu-pintu ilmu bagi mereka. Allah Ta'ala berfirman menjelaskan tentang penghuni neraka,

فَاعْتَرَفُوا بِذَنبِهِمْ فَسُحْقًا لِّأَصْحَابِ السَّعِيرِ * وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ

Dan mereka berkata: Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala (Al-Mulk: 10-11)

Mereka mengakui bahwa ketika mereka di dunia mereka tidak mau mendengar dan tidak berpikir. Pendengaran dan berpikir ialah landasan ilmu dan dengan keduanya ilmu didapatkan. Allah Ta'ala berfirman,

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لاَّ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَّ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَّ يَسْمَعُونَ بِهَا أُوْلَئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al-A'raaf: 179).

Pada ayat ini, Allah Subhanahu wa ta'ala menjelaskan bahwa mereka tidak mendapatkan ilmu dari salah satu tiga sumber ilmu, yaitu akal, pendengaran,dan penglihatan, seperti difirmankan Allah ta'ala pada ayat yang lain,

صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لاَ يَرْجِعُونَ

Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).(Al-Baqarah: 18).

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.(Al-Hajj: 46).

وَلَقَدْ مَكَّنَّاهُمْ فِيمَا إِن مَّكَّنَّاكُمْ فِيهِ وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلَا أَبْصَارُهُمْ وَلَا أَفْئِدَتُهُم مِّن شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَحَاقَ بِهِم مَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِؤُون

Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya (Al-Ahqaf: 26).

Seperti yang Anda lihat pada ayat di atas, Allah subhanahu wa ta'ala melukiskan orang-orang yang celaka itu tidak mempunyai ilmu. Selain itu, Allah subhanahu wa ta'ala menyerupakan mereka terkadang dengan binatang ternak, terkadang dengan keledai yang mengangkut muatan, terkadang menjadikan mereka lebih sesat daripada binatang ternak, terkadang menjadikan mereka sebagai makhluk yang paling buruk di sisi-Nya, terkadang menjadikan mereka sebagai orang-orang mati yang tidak hidup, tekadang menjelaskan bahwa mereka berada dalam kegelapan kebodohan dan kesesatan, terkadang menjelaskan bahwa di hati mereka terdapat penyekat, di telinga mereka terdapat penutup, dan di mata mereka terdapat penghalang.

Ini menunjukkan jeleknya kebodohan, kecaman untuk orang-orang bodoh, dan murka Allah subhanahu wa ta'ala untuk mereka. Allah subhanahu wa ta'ala mencintai orang-orang berilmu, memuji mereka, dan menyanjung mereka seperti telah dijelaskan pada halaman sebelumnya, Allah tempat meminta pertolongan.

Mengetahui Agama termasuk tanda-tanda kebaikan

Disebutkan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim hadits dari Muawiyah radhiallahu’anhu yang berkata, aku mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

من يرد الله به خيراً يُفقهه في الدين

Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan membuatnya paham dalam agamanya (HR. Bukhari dan Muslim)

Ini menunjukkan, bahwa barangsiapa tidak dikondisikan Allah Ta'ala mengerti agama, maka Allah tidak menghendaki kebaikan padanya, barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah maka Dia membuatnya memahami agama, dan barangsiapa telah dikondisikan Allah memahami agamanya, berarti Allah menghendaki kebaikan padanya, jika yang dimaksud dengan pemahaman di sini yaitu ilmu yang menghasilkan amal perbuatan.. Tapi, jika yang dimaksud dengan pemahaman adalah ilmu semata, itu tidak menunjukkan bahwa orang yang telah memahami agama berarti telah dikehendaki balk oleh Allah, karena pemahaman menuntut munculnya keinginan untuk berbuat baik, wallahu a'lam.

Diambil dari: Buah Ilmu, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah